Viral Tarian THR: Hiburan atau Kontroversi

tarian thr
75 Views-

Tren Tarian THR yang Viral: Dari Medsos hingga Dunia Nyata

NewsBhinneka.id – Dalam beberapa pekan terakhir, media sosial diramaikan oleh sebuah tarian thr baru yang menghibur sekaligus menuai perhatian. Tren ini dikenal sebagai tarian THR (Tunjangan Hari Raya), yang menampilkan gerakan kompak dan lucu mirip dengan “Penguin Dance”. Ribuan warganet di TikTok, Instagram, dan YouTube berlomba-lomba mengikuti tantangan ini, menjadikannya viral dalam hitungan hari.

Namun, yang menarik perhatian bukan hanya gaya tariannya, melainkan kemiripannya dengan Letkajenkka, sebuah tarian tradisional asal Finlandia. Fenomena ini membuktikan bahwa era digital tak hanya menyebarkan informasi secara masif, tetapi juga menghidupkan kembali budaya lintas negara yang sudah puluhan tahun tidak terdengar gaungnya.

Letkajenkka: Tarian Finlandia yang Mendunia

Letkajenkka, tarian yang viral kembali berkat tren THR, berasal dari Finlandia pada awal 1960-an. Musisi asal Finlandia, Rauno Lehtinen, menciptakan lagu “Letkis” yang menjadi pengiring utama tarian ini. Sejak saat itu, masyarakat Eropa dan bahkan dunia mulai mengenal dan menarikan Letkajenkka dalam berbagai acara sosial.

Tarian ini terkenal karena gerakannya yang sederhana namun enerjik. Para penari biasanya berbaris dan melakukan gerakan maju-mundur serta lompat kecil secara serempak, sehingga menciptakan suasana ceria dan penuh kebersamaan. Tak hanya itu, Letkajenkka juga memiliki kemiripan dengan “Bunny Hop” dari Amerika Serikat, yang sempat populer pada 1950-an. Kemungkinan besar, pelajar Finlandia yang kembali dari Amerika membawa inspirasi tersebut dan memodifikasinya menjadi Letkajenkka.

Lebih lanjut, tarian ini bahkan dikenal dengan berbagai nama di belahan dunia lain, termasuk “Penguin Dance” yang sering terlihat di pesta pernikahan Arab atau acara keluarga di Asia Tenggara.

Polemik Budaya dan Respons Publik: Antara Hiburan dan Sensitivitas Agama

Meski banyak orang menganggap tren tarian THR ini sebagai hiburan semata, tidak sedikit pula yang mengkritisinya. Beberapa tokoh agama dan pengguna media sosial menilai bahwa gerakan dalam tarian tersebut menyerupai tarian tradisional Yahudi. Oleh karena itu, mereka mempertanyakan kesesuaian tarian ini dalam konteks perayaan keagamaan umat Islam.

Salah satu suara kritis datang dari pendakwah Ustadz Abu Bakar Al Akhdhory. Melalui akun Instagram-nya, ia mengingatkan umat Muslim agar tidak sembarangan mengikuti tren. “Joget-joget untuk THR ternyata tarian yang biasa dilakukan Yahoodi! Kalaupun bukan khas mereka, namun musik dan joget-jogetnya tetap mungkar,” tulisnya tegas.

Pernyataan ini memicu perdebatan di kalangan warganet. Sebagian setuju bahwa umat Islam perlu selektif dalam memilih bentuk hiburan, apalagi saat momen sakral seperti Idul Fitri. Namun di sisi lain, ada juga yang menilai bahwa tarian ini hanyalah bentuk ekspresi kebahagiaan yang tidak perlu ditanggapi secara berlebihan.